Dalam konteks sejarah berdirinya kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, diawali dengan kehadiran To Manurung yaitu orang yang datang secara tiba-tiba dan tidak diketahui asal usulnya. Oleh karena kemisteriusannya, masyarakat mengambil kesimpulan bahwa To Manurung berasal dari kayangan.
To Manurung berasal dari bahasa Bugis yang terdiri atas 2 kata yaitu, to yang berarti orang dan Manurung yang berarti turun. Dalam kebudayaan Bugis yang dimaksud To Manurung ialah manusia pertama yang diturunkan dari langit untuk menjadi penguasa di bumi. Menurut para peneliti lontaraq berpendapat bahwa timbulnya mitos To Manurung yang menurunkan raja-raja Bugis Makassar merupakan bentuk pengetahuan masyarakat untuk membenarkan ketinggian status sosial para raja. Karena dengan mitos tersebut, maka para raja mendapatkan martabat kebangsawanannya. Hal ini juga diperkuat bahwa para raja merupakan orang-orang piihan yang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan masyarakat biasa. Kelebihan-kelebihan tersebut misalnya seorang raja haruslah berani (To Barani), pintar (To Maccae), jujur (lempu) dan lain-lain. Sehingga dengan kelebihannya tersebut, masyarakat menganggap bahwa para raja bukanlah manusia biasa, melainkan turunan dari langit (To Manurung).
Sebelum menceritakan asal mulanya daerah Sidenreng, di awal tulisan lontaraq tertulis :
Tidak aku berdosa, tidak aku terkutuk, tidak aku celaka, menyebut-nyebut nama Sang Agung, kisah cerita orang yang mulia, turunan bangsawan yang bertahta. Dialah disebut orang yang tinggal di Sidenreng bagian barat, yang oleh orang Bone dan orang Soppeng menamakan Toraja yang menempati danau
Dalam versi lontaraq yang lain, ditulis :
Mohonlah kami kepada Tuhan, supaya kami jangan kena sumpah, janganlah mendapat bahaya, jangan bermati-matian bersanak saudara dan berfamili, menyebut namanya Manurungnge ri Sidenreng, Manurungnge ri Bacukiki dan TempoE ri La Waramparang
Sedangkan menurut Lontaraq Sidenreng, ditulis :
Kiranya aku tak celaka, tak busung, tak haus dan lapar karena aku menyebut-nyebut nama tuanku dan membicarakan tuanku
Berikut beberapa pendapat peneliti dari Eropa mengenai Sidenreng, yaitu :
1. Catatan seorang Portugis pada abad ke-16 M yang menggambarkan Sidenreng sebagai “...Sebuah kota besar dan terkenal, berpusat di sebuah danau yang dapat dilayari dan dikelilingi tempat-tempat pemukiman.” (Tiele 1880, IV : 413)
Manuel Pinto yang berkebangsaan Portugis sempat menetap selama 8 (delapan) bulan di Kerajaan Sidenreng pada Tahun 1548 M. Manuel Pinto menulis, “Sebuah fusta besar (kapal layar Portugis yang panjang dan dilengkapi deretan dayung di kedua sisinya) dapat berlayar dari laut menuju Sidenreng.” (Wicki, Documents Indica, II : 420-2).
2. Kemudian seorang sejarawan asing yang bernama Crawfurd, pada 1828 (Descriptive Dictionary : 74, 441) menulis, “pada kampung-kampung di tepi danau…berlangsung perdagangan luar negeri yang pesat. Perahu-perahu dagang dihela ke hulu Sungai Cenrana…Kecuali pada musim kemarau, airnya cukup dalam untuk dilewati perahu-perahu paling besar sekalipun.”
Kamis, 03 September 2009
Sejarah kerajaan sidenreng dan rappang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar