pada kesempatan ini saya mau berbagi mengenai silsilah kerajaan sidenreng menurut Lontaraq MULA RI TIMPAKNA TANA’E RI SIDENRENG. Anda dapat membaca postingan saya sebelumnya mengenai silsilah kerajaan sidenreng menurut Panduan Maccera Arajang di Massepe Tahun 2006 dan silsilah kerajaan rappang.
Dalam buku Lontaraq MULA RI TIMPAKNA TANA’E RI SIDENRENG, halaman 147, konon Raja Sangalla, seorang raja di Tana Toraja (waktu itu Tana Toraja masih dalam wilayah Kerajaan Luwu) mempunyai 9 (sembilan) orang anak yaitu :
1. La Maddaremmeng
2. La Wewanriwu
3. La Togellipu
4. La Pasampoi
5. La Pakolongi
6. La Pababbari
7. La Panaungi
8. La Mappasessu
9. La Mappatunru
Dalam lontaraq yang lain disebutkan ada 8 (delapan) orang bersaudara dari Sangalla, yaitu; La Maddaremmeng, La Wewanriu, La Tongeq Lipu, La Pasompai, La Pakolongi, La Pabebbareng, La Mappasessuq dan La Mappatunruq.
Dalam kehidupan sehari-hari, La Maddaremmeng selalu menekan terus serta mengintimidasi kedelapan adik-adiknya seperti adik tiri semua, sehingga sering terjadi perselisihan diantara mereka dengan kakaknya. Daerah kerajaan kedelapan adik-adiknya semuanya dirampas oleh La Maddaremmeng.
Karena semua adik-adiknya sakit hati dan sudah tidak tahan lagi melihat perlakuan kakaknya (La Maddaremmeng), maka mereka sepakat meninggalkan Tana Toraja turun menuruni lembah dataran, jalan entah kemana tujuannya. Ketika tiba di Dea Kaju suatu tempat antara Banti di Baraka dengan Bunging Riase di Maiwa, mereka melihat hamparan air di arah selatan, kesanalah menuju menuruni gunung-gunung ke arah selatan, akhirnya tibalah dilembah sebelah barat genangan air itu, rupanya hamparan air ini adalah danau. Karena perjalanan yang melelahkan, mereka pun kehausan ingin sekali minum, oleh karena itu mereka mencari jalan ke tepi genangan air yang ketika itu pinggir danau masih merupakan hutan belukar yang lebat sehingga sulit sampai ke tepi danau. Karena harus menembus belukar lebat, mereka pun Sirenreng-Renreng Aruwa Mappadaorowane (Artinya : Mereka bergandengan tangan berpegangan-pegangan delapan bersaudara) ke arah timur di sela-sela belukar mencari jalan, akhirnya menemukan jalan dari arah barat menuju ke timur sampai ke danau. Mereka minum sepuas-puasnya dan duduk beristirahat kemudian mandi-mandi. Setelah puas mandi, sambil istirahat mereka bertukar pikiran, memikirkan dan merenungi nasibnya, akhirnya semua sepakat : Okkini’e Ri Orai Tappareng Madeceng Pada Monro (Artinya : Sebaiknya disebelah barat danau inilah kita tinggal membuat perkampungan). Mulailah saat itu kedelapan bersaudara orang Toraja ini bermukim di tempat yang bernama Sidenreng, yang berasal dari kata Sirenreng-renreng, sebab disitulah mereka mencari jalan ke tepi danau dan tersebutlah danau itu disebut dengan Danau Sidenreng. Kedelapan anak Raja Sangalla ini memulai kehidupan baru mereka dengan bertani, berkebun, beternak dan menangkap ikan. Selang 3 (tiga) tahun bercocok tanam, sudah melimpah ruah hasil tani dan ternaknya, pengikut-pengikut pun sudah semakin banyak dan berkatalah salah seorang diantaranya : Pada Mabbempaga Sipulunni (Artinya : Pengikut-pengikut kita sudah semakin banyak berkumpul bersama, kita bersatu menyemangati daerah ini). Mulailah pada saat itu tempat disebelah utara Sidenreng bernama Empaga’e yang berasal dari kata Mabbempaga karena pertambahan penduduk pada saat itu bertumbuh ke utara.
Penduduk di negeri ini semakin besar, tetapi belum ada yang diangkat sebagai pemimpin, maka kedelapan orang kakak beradik ini dari Sangalla sepakat bahwa kita semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tapi yang kakak tetap kakak dan yang adik tetap adik. Namun apapun yang diputuskan oleh kakak maka itulah yang harus ditaati dan kalau diantara pengikut-pengikut kita ada permasalahan, kitalah yang 7 (tujuh) orang adik ini mencari jalan keluarnya. Apabila kita tidak dapat memecahkannya, barulah dibawa kepada kakak tertua untuk memutuskannya dan keputusannya adalah mutlak dan bersifat tetap. Demikian pula bilamana diantara kita (7 orang adik) ini ada permasalahan, kita serahkan pula pemecahannya kepada kakak tertua dan harus ditaati hasil keputusannya.
Karena penduduk semakin hari kian bertumbuh dan ramai bermukim di ri Wattang Tappareng dan hasil tani dan ternaknya semakin melimpah mulailah saat itu penduduknya digelari oleh orang Bone dan Soppeng dengan nama Toraja Matappareng (Artinya : Orang Toraja yang bermukim di pesisir danau). Berangkat dari istilah Toraja Mattappareng itulah sehingga wilayah ini kemudian dinamakan AJATTAPPARENG.
Dalam lontaraq lain disebutkan bahwa ketenaran nama Sidenreng diketahui oleh La Maddaremmeng, kakak tertua. Oleh karena La Maddaremmeng sudah sekian lama merindukan adik-adiknya, ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan tahta kerajaannya dan menyerahkan kepada anaknya yang bernama We Bolong Pattina. Akhirnya La Maddaremmeng bertemu dengan adik-adiknya dan mereka saling bertangis-tangisan serta tidak memiliki perasaan dendam kepada kakaknya. Adik-adik La Maddaremmeng kemudian berkata: “Tinggallah disini Puang! Kamilah yang menjagamu, kau mencarikan kami keselamatan dan kami mencarikan yang dapat mengagungkanmu”. Berkatalah La Maddaremmeng: “Wahai adikku, kemauan kalianlah yang jadi. Ucapanmulah yang benar kepadaku!”. Adiknya berkata lagi: “Kamulah angin dan kami daun kayu, kemana engkau berhembus di sanalah kami rebah”.
Setelah kedelapan putra Raja Sangalla dari Tana Toraja yang bermukim di Wattang Tappareng ini meninggal dunia semua, mulailah era baru di daerah Sidenreng Rappang ini. Adalah Datu Patila yang menderita penyakit kulit mengasingkan diri ketempat yang jauh akhirnya tiba di Tana Toraja, disanalah kemudian Datu Patila mempersunting We Bolong Pattina (putri sulung La Maddaremmeng, kemenakan kedelapan Toraja Mattapparengnge, cucu Raja Sangalla). Tidak lama kemudian Datu Patila bersama permaisurinya meninggalkan Tana Toraja dan singgah bermukim di Rappang. Jadilah Datu Patila sebagai raja di Rappang dan We Bolong Pattina menjadi Addaowang (Raja) Sidenreng Pertama di Sidenreng.
Selasa, 08 September 2009
silsilah kerajaan sidenreng menurut Lontaraq MULA RI TIMPAKNA TANA’E RI SIDENRENG part I
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar